Salah satu dinamika sosial yang dihadapi oleh penduduk Timor Leste yang tinggal diseluruh 13 kabupaten maupun yang tinggal di ibu kota Timor Leste-Dili adalah masalah kemiskinan, hal ini merupakan masalah klasik yang dihadapi oleh semua negara, terutama negara-negara sedang berkembang. Kemiskinan dinegara berkembang umumnya disebabkan oleh keterbelakangan, minimnya pengembangan sumber daya alam dan manusia yang dimiliki serta ketidak tepatan strategi dan program pembangunan yang diterapkan oleh pemerintah.
Persoalan kemiskinan yang terjadi di Timor Leste dapat menyebabkan terjadinya urbanisasi yang berlebihan sehingga suatu ibu kota seperti Dili tidak mampu lagi menampung beban penduduk yang terus mengalir dari desa, maupun dari seluruh 13 kabupaten di Timor Leste, selain itu keterbatasan kemampuan kota untuk menyediakan peluang kerja bagi penghuninya yang terus bertambah dengan pesat, akibatnya, kaum urban yang tidak tertampung disektor industri, perdagangan maupun sektor formal lainnya mengalami nasib yang mengecewakan.
Ketika kita mendengarkan istilah “Urbanisasi” maka tentunya hal ini tidak asing lagi bagi kita, istilah ini banyak dikenal dalam dunia ilmu pengetahuan baik ketika Timor Leste masih berintegrasi dengan Indonesia, maupun setelah mendapatkan kemerdekaan pada tahun 1999.
Istilah urbanisasi tidak hanya dikenal, tetapi juga dialami oleh penduduk kota dan desa terutama di negara yang sedang berkembang, maupun juga bagi negara-negara miskin, dan termiskin di dunia, yang salah satunya adalah Timor Leste.
Urbanisasi merupakan gejala, atau proses yang sifatnya multi-sektoral, baik ditinjau dari sebab maupun akibat yang ditimbulkan. Setelah Timor Leste mencapai kemerdekaan pada tahun 1999 melalui jajak pendapat, praktek urbanisasi di negara ini mengalami peningkatan yang cukup berarti, sehingga kecenderungan semakin meluasnya problema sosial ekonomi di berbagai kota khusunya di kota Dili, hal ini dapat mengakibatkan problema nasional dan menjadi masalah sosial bagi Timor Leste.
Sebelum melangkah lebih jauh maka terlebih dahulu penulis ingin memberikan penjelasan mengenai istilah urbanisasi, dan juga masyarakat perkotaan.
Urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.
Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi Urbanisasi berarti persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari desa ke kota hanya salah satu penyebab urbanisasi. perpindahan itu sendiri dikategorikan 2 macam, yakni: Migrasi Penduduk dan Mobilitas Penduduk, Bedanya Migrasi penduduk lebih bermakna perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota. Sedangkan Mobilitas Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara atau tidak menetap.
A. Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi
1. Kehidupan kota yang lebih modern dan mewah
2. Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap
3. Banyak lapangan pekerjaan di kota
4. Di kota banyak fasilitas yang tersedia, bahkan terdapat perempuan cantik dan laki-laki
ganteng....hmmmmmmm
5. Pengaruh buruk seperti media elektronik, sinetron Indonesia, Film India, dll.
6. Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan berkualitas
B. Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi
1. Lahan pertanian yang semakin sempit
2. Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
3. Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
4. Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
5. Diusir dari desa asal
6. Memiliki impian kuat menjadi orang kaya
Tuesday, December 23, 2008
Wednesday, November 12, 2008
Membangun Sosialisme di Timor-Leste; bercermin pada revolusi negara-negara kawasan Amerika Latin.
Membangun Sosialisme di Timor-Leste; bercermin pada revolusi negara-negara kawasan Amerika Latin.
Oleh: Lezzu Malay “Romon”
Setelah membaca dan memahami artikel-artikel yang di tayangkan kaum-kaum alternatif melalui media elektronik (situs-situs di internet) mengenai pengembangan sistem sosialisme dunia yang makin hari makin heboh penerapannya telah mengugah keyakinan dan harapan serta kesadaran kaum alternatif tanpa ragu-ragu mengengam sistem sosialisme yang semakin hari makin berhasil merespon dan menantang kaum-kaum yang mengenggam ideologi kapitalis-liberal atau membentuk masa perlawanan yang anti kapitalis-liberal.
Sebuah imej yang ditunggu-tunggu oleh kaum-kaum grass roots, proletariat maupun borjuasi nasional telah hadir untuk mengimbangi dan merespon semua kegagalan kaum-kaum kapitalis yang menyebarkan virus kapitalisme. Kini kita menyadari betapa pentingnya sosialisme berhaluan kiri yang mengarah kepada pembebasan kaum-kaum marjinal, buruh, dan kaum miskin akibat pemiskinan, serta mengugah kesadaran kolektif untuk memberantas Infeksi sistem kapitalisme yang merajalela meluas di belahan bumi yang kita huni.
Kini sebagian besar negara di belahan dunia termasuk negara-negara kategori dunia ketiga telah terinfeksi oleh sistem kapitalisme yang berdimensi struktural dan historis. Meski demikian belum kita sadari arah arus ini sebab ia datang dan menyerang kita dari segala penjuru dan bertujuan untuk menghancurkan sistem sosialisme yang telah kita tanam sejak nenek moyang kita. Sistem kapitalisme telah membuat kita bungkam dan menjadi korban, baik secara teknologi maupun politik ekonomi. Sistem politik bersifat multidimensional ini pun secara spontan telah merubah tatanan dunia untuk tidak mengenal jati diri kita yang sebenarnya. Telah merombak dan menghancurkan jiwa dan raga kita selama berabad-abad lamanya sampai akhirnya bermetamorfosis kapitalis-liberalis untuk menyerang kita secara politik ekonomi dan sosial budaya.
Bercermin dari Revolusi Amerika Latin agar kita sadar bahwa kaum-kaum buruh, miskin dan kaum marjinal di negeri kita sebagian besar benar-benar merasakan infeksi politik kapitalisme yang historis tadi. Amerika Latin mengenggam sistem sosialisme melalui perjuangan berat mencapai tujuan yang disebut revolusi. Negara-negara Amerika Latin memenangkan perjuangan anti imperialis, Kolonialis, seperti halnya; Kuba, Venezuela, El-Salvador, Ekuador dan Negara kawasan Amerika Latin lainnya. Sang-sang revolusioner seperti Simon Bolivar, Che Guevara, El-Comandante Castro sampai era Chavez semuanya menerapakan sistem sosialisme secara rapi dan terstruktur.
Beranjak dari revolusi Amerika Latin mulai mengingatkan kita akan perjuangan kita pada masa lampau saat masih di bawah sistem kolonialis Ala Portugues selama sekitar 345 tahun maupun Indonesia selama 25 tahun. Nenek moyang kita di Timor-Leste sejak dahulu pada masa Kolonialisme Portugues secara individual maupun kelompok sudah menantang diskriminasi maupun sistem kekerasan yang diterapkan pada masa rejim Salazar dan Suharto. Satu front ekstrim yang mengerakkan kaum tertindas dan kaum miskin dari pedesaan serta kaum buruh di kota dengan menamakannya sebagai perjuangan pertahanan “povo Maubere” yang menuntun sebuah revolusi untuk melawan kaum imperialis-kolonial, dan revolusi berhaluan kiri yang diberi nama Frente Revolucionario Timor Leste Indepedente (FRETILIN). Dengan ideologi Mauberisme yang di motori oleh sang-sang revoluioner seperti; Nicolau Lobato, Sahe, Alkatiri, Rosa Muki Bonaparte, Conis Santana serta para revolusioner lainnya telah mengugah dan mengembalikan kayakinan povo Maubere kepada sebuah revolusi dan memenangkan sebuah negara berdaulat dan demokratik saat ini.
Walaupun demikian, saat ini Timor-Leste telah terinfeksi oleh sistem politik struktural historis dari kaum kapitalis imperial, kaum penghisap darah dan kaum oportunis yang mulai bangkit dan merajalela mengunakan paket kapitalisme untuk mengenggam demokrasi dengan wacana liberalisme yang mana memberi peluang bagi kaum penghisap darah dan kaum oportunis untuk beroperasi di Timor-Leste. Paket-paket pembangunan yang digunakan saat ini pun identik dengan paket pembangunan kaum kapital yang seluruhya mengarah kepada profit. Paket pembangunan yang mengharapkan negara kita di bangun dan bukan membangun negara. Mulai membungkam kaum grass roots dengan membagikan uang dan memecahkan masalah dengan menutup mulut kita untuk mendukung strategi sistem politik struktural historis ala kapitalisme agar tetap terlaksana dengan rapi.
Bukan pembangunan seperti ini yang diharapkan povo Maubere yang memperjuangkan revolusi selama ini, bukan pembangunan yang membuat povo Maubere untuk hanya berharap atau bergantung, tetapi pembangunan yang berlandaskan pada kebutuhan povo Maubere dan bukan menciptakan peluang bagi kaum pencari nirlaba “profit” untuk tetap mendominasi povo Maubere. Pembangunan yang diharapkan adalah untuk megentaskan kemiskinan akibat pemiskinan, inilah tujuan utama pembangunan bagi povo Maubere.
Mengapa kita perlu membangun Sistem politik sosialisme di Timor-Leste? Saat ini segelintir orang belum memahami hakekat dari sosialisme yang sebenarnya, bahkan menyebut sosialisme seperti sesuatu yang diragukan, takut akan terjadinya penerapan sistem sosialisme di negara baru ini. Kaum alternatif juga ikut terinfeksi oleh sistem politik multidimensional tadi. Banyak Organisasi-organisasi berhaluan kiri yang merindukan profit dibanding memperjuangkan hakekat povo Maubere, termasuk media informasi yang tidak merilis keinginan yang sebenarnya di perjuangkan oleh povo Maubere. Banyak media masa yang takut kalau disebut tidak independent dan takut mendapatkan tekanan dari pemerintah otoriter saat ini. Kalau begitu bagaimana peranan media masa di Timor-Leste? itupun masih dalam persoalan.
“Saatnya bagi kita sekarang untuk membuat revolusi yang bukan dengan kontak senjata tetapi dengan revolusi damai” inilah pernyataan Chaves dan El-Comandante Castro dalam pertemuan persetujuan membangun Asosiasi Bank Amerika Latin (ALBA) di Venezuela.
Bagi kaum kiri di Timor-Leste simakalah aksi perjuangan Revolusi Bolivarian Venezuela!!!
Revolusi Venezuela Sekarang
… Inilah Revolusi Bolivarian Venezuela;.
untuk pertama kalinya rakyat menaruh minat pada politik,
dan mengambil kendali di kehidupan mereka…
Akhiri penderitaan; akhiri kemiskinan; sekarang juga!
Akhiri sistem ini pada akarnya. Hidup Sosialis!
Sinopsis Film Dokumenter No Volveran
No Volveran adalah sebuah dokumenter tentang Revolusi: suatu perubahan
radikal atas kepemilikan alat produksi, transformasi kesadaran dan
kebudayaan, serta peningkatan tenaga produktif, yang sedang berkembang
di Venezuela. Melalui apa yang disebut `revolusi damai', proses itu
sedang memobilisasi rakyat untuk membuat mungkin apa yang selama ini
dianggap mustahil oleh banyak orang: mengambil alih industri pokok di
bawah kontrol buruh; mendistribusi kekayaan negeri; melakukan
referendum; melunasi utang luar negeri; memutus hubungan dengan IMF;
mengorganisasikan kekuatan rakyat miskin untuk mengurus negeri dan
kehidupannya sendiri; dan seterusnya, dan seterusnya.
Film berdurasi 90 menit, produksi tahun 2007, ini gempita dengan
kegembiraan rakyat terhadap revolusi. Untuk pertama kalinya dalam
sejarah Venezuela, rakyat memiliki kekuatan untuk memerintah dan
menentukan masa depan kehidupan mereka sendiri.
"… Rakyat telah bangkit, dan mereka tak akan diintimidasi lagi.
Kami akan korbankan segalanya untuk mempertahankan proses ini."
"... banyak ibu rumah tangga berkata, kalau perlu jual tv untuk
beli senapan, itu (pun) akan dilakukan."
"… kami sekarang punya harga diri, dan kami bukan lagi kaum
terpinggir dan terlupakan, melainkan rakyat masa depan... kami adalah
pemimpin…"
Pendidikan gratis, kesehatan gratis, pembangunan perumahan sehat,
makanan sehat dan murah, dan seterusnya, tidak didapatkan rakyat oleh
karena belas kasih atau derma dari orang kaya atau pemerintah. Hak-hak
tesebut didapatkan karena mobilisasi rakyat mempertahankan proses
Revolusi: menggagalkan kudeta dari oposisi sayap kanan (April 2002)
dan boikot para pemiliki bisnis dan industri (Desember 2002),
mengalahkan referendum pemecatan terhadap Hugo Chavez, Presiden
Venezuela (Agustus 2004); memilih Chavez kembali sebagai Presiden
(Desember 2006); membentuk dewan-dewan komunal dan dewan-dewan buruh
sebagai instrumen revolusi.
Revolusi oleh rakyat Venezuela kini dianggap sebagai satu-satunya
jalan untuk dapat merubah nasib, sehingga mereka berbondong-bondong
mempertahankannya, dan mengatakan TIDAK pada Kekuatan Lama (No Volveran).
"...Inilah saatnya, membangun gerakan massa dan menyingkirkan klas
penguasa, agar semua punya kesempatan berkembang secara spritiual,
fisik, ekonomi dan segala aspek kehidupan. Dalam kapitalisme kita tak
bisa."
Sampai Menang.***
Oleh: Lezzu Malay “Romon”
Setelah membaca dan memahami artikel-artikel yang di tayangkan kaum-kaum alternatif melalui media elektronik (situs-situs di internet) mengenai pengembangan sistem sosialisme dunia yang makin hari makin heboh penerapannya telah mengugah keyakinan dan harapan serta kesadaran kaum alternatif tanpa ragu-ragu mengengam sistem sosialisme yang semakin hari makin berhasil merespon dan menantang kaum-kaum yang mengenggam ideologi kapitalis-liberal atau membentuk masa perlawanan yang anti kapitalis-liberal.
Sebuah imej yang ditunggu-tunggu oleh kaum-kaum grass roots, proletariat maupun borjuasi nasional telah hadir untuk mengimbangi dan merespon semua kegagalan kaum-kaum kapitalis yang menyebarkan virus kapitalisme. Kini kita menyadari betapa pentingnya sosialisme berhaluan kiri yang mengarah kepada pembebasan kaum-kaum marjinal, buruh, dan kaum miskin akibat pemiskinan, serta mengugah kesadaran kolektif untuk memberantas Infeksi sistem kapitalisme yang merajalela meluas di belahan bumi yang kita huni.
Kini sebagian besar negara di belahan dunia termasuk negara-negara kategori dunia ketiga telah terinfeksi oleh sistem kapitalisme yang berdimensi struktural dan historis. Meski demikian belum kita sadari arah arus ini sebab ia datang dan menyerang kita dari segala penjuru dan bertujuan untuk menghancurkan sistem sosialisme yang telah kita tanam sejak nenek moyang kita. Sistem kapitalisme telah membuat kita bungkam dan menjadi korban, baik secara teknologi maupun politik ekonomi. Sistem politik bersifat multidimensional ini pun secara spontan telah merubah tatanan dunia untuk tidak mengenal jati diri kita yang sebenarnya. Telah merombak dan menghancurkan jiwa dan raga kita selama berabad-abad lamanya sampai akhirnya bermetamorfosis kapitalis-liberalis untuk menyerang kita secara politik ekonomi dan sosial budaya.
Bercermin dari Revolusi Amerika Latin agar kita sadar bahwa kaum-kaum buruh, miskin dan kaum marjinal di negeri kita sebagian besar benar-benar merasakan infeksi politik kapitalisme yang historis tadi. Amerika Latin mengenggam sistem sosialisme melalui perjuangan berat mencapai tujuan yang disebut revolusi. Negara-negara Amerika Latin memenangkan perjuangan anti imperialis, Kolonialis, seperti halnya; Kuba, Venezuela, El-Salvador, Ekuador dan Negara kawasan Amerika Latin lainnya. Sang-sang revolusioner seperti Simon Bolivar, Che Guevara, El-Comandante Castro sampai era Chavez semuanya menerapakan sistem sosialisme secara rapi dan terstruktur.
Beranjak dari revolusi Amerika Latin mulai mengingatkan kita akan perjuangan kita pada masa lampau saat masih di bawah sistem kolonialis Ala Portugues selama sekitar 345 tahun maupun Indonesia selama 25 tahun. Nenek moyang kita di Timor-Leste sejak dahulu pada masa Kolonialisme Portugues secara individual maupun kelompok sudah menantang diskriminasi maupun sistem kekerasan yang diterapkan pada masa rejim Salazar dan Suharto. Satu front ekstrim yang mengerakkan kaum tertindas dan kaum miskin dari pedesaan serta kaum buruh di kota dengan menamakannya sebagai perjuangan pertahanan “povo Maubere” yang menuntun sebuah revolusi untuk melawan kaum imperialis-kolonial, dan revolusi berhaluan kiri yang diberi nama Frente Revolucionario Timor Leste Indepedente (FRETILIN). Dengan ideologi Mauberisme yang di motori oleh sang-sang revoluioner seperti; Nicolau Lobato, Sahe, Alkatiri, Rosa Muki Bonaparte, Conis Santana serta para revolusioner lainnya telah mengugah dan mengembalikan kayakinan povo Maubere kepada sebuah revolusi dan memenangkan sebuah negara berdaulat dan demokratik saat ini.
Walaupun demikian, saat ini Timor-Leste telah terinfeksi oleh sistem politik struktural historis dari kaum kapitalis imperial, kaum penghisap darah dan kaum oportunis yang mulai bangkit dan merajalela mengunakan paket kapitalisme untuk mengenggam demokrasi dengan wacana liberalisme yang mana memberi peluang bagi kaum penghisap darah dan kaum oportunis untuk beroperasi di Timor-Leste. Paket-paket pembangunan yang digunakan saat ini pun identik dengan paket pembangunan kaum kapital yang seluruhya mengarah kepada profit. Paket pembangunan yang mengharapkan negara kita di bangun dan bukan membangun negara. Mulai membungkam kaum grass roots dengan membagikan uang dan memecahkan masalah dengan menutup mulut kita untuk mendukung strategi sistem politik struktural historis ala kapitalisme agar tetap terlaksana dengan rapi.
Bukan pembangunan seperti ini yang diharapkan povo Maubere yang memperjuangkan revolusi selama ini, bukan pembangunan yang membuat povo Maubere untuk hanya berharap atau bergantung, tetapi pembangunan yang berlandaskan pada kebutuhan povo Maubere dan bukan menciptakan peluang bagi kaum pencari nirlaba “profit” untuk tetap mendominasi povo Maubere. Pembangunan yang diharapkan adalah untuk megentaskan kemiskinan akibat pemiskinan, inilah tujuan utama pembangunan bagi povo Maubere.
Mengapa kita perlu membangun Sistem politik sosialisme di Timor-Leste? Saat ini segelintir orang belum memahami hakekat dari sosialisme yang sebenarnya, bahkan menyebut sosialisme seperti sesuatu yang diragukan, takut akan terjadinya penerapan sistem sosialisme di negara baru ini. Kaum alternatif juga ikut terinfeksi oleh sistem politik multidimensional tadi. Banyak Organisasi-organisasi berhaluan kiri yang merindukan profit dibanding memperjuangkan hakekat povo Maubere, termasuk media informasi yang tidak merilis keinginan yang sebenarnya di perjuangkan oleh povo Maubere. Banyak media masa yang takut kalau disebut tidak independent dan takut mendapatkan tekanan dari pemerintah otoriter saat ini. Kalau begitu bagaimana peranan media masa di Timor-Leste? itupun masih dalam persoalan.
“Saatnya bagi kita sekarang untuk membuat revolusi yang bukan dengan kontak senjata tetapi dengan revolusi damai” inilah pernyataan Chaves dan El-Comandante Castro dalam pertemuan persetujuan membangun Asosiasi Bank Amerika Latin (ALBA) di Venezuela.
Bagi kaum kiri di Timor-Leste simakalah aksi perjuangan Revolusi Bolivarian Venezuela!!!
Revolusi Venezuela Sekarang
… Inilah Revolusi Bolivarian Venezuela;.
untuk pertama kalinya rakyat menaruh minat pada politik,
dan mengambil kendali di kehidupan mereka…
Akhiri penderitaan; akhiri kemiskinan; sekarang juga!
Akhiri sistem ini pada akarnya. Hidup Sosialis!
Sinopsis Film Dokumenter No Volveran
No Volveran adalah sebuah dokumenter tentang Revolusi: suatu perubahan
radikal atas kepemilikan alat produksi, transformasi kesadaran dan
kebudayaan, serta peningkatan tenaga produktif, yang sedang berkembang
di Venezuela. Melalui apa yang disebut `revolusi damai', proses itu
sedang memobilisasi rakyat untuk membuat mungkin apa yang selama ini
dianggap mustahil oleh banyak orang: mengambil alih industri pokok di
bawah kontrol buruh; mendistribusi kekayaan negeri; melakukan
referendum; melunasi utang luar negeri; memutus hubungan dengan IMF;
mengorganisasikan kekuatan rakyat miskin untuk mengurus negeri dan
kehidupannya sendiri; dan seterusnya, dan seterusnya.
Film berdurasi 90 menit, produksi tahun 2007, ini gempita dengan
kegembiraan rakyat terhadap revolusi. Untuk pertama kalinya dalam
sejarah Venezuela, rakyat memiliki kekuatan untuk memerintah dan
menentukan masa depan kehidupan mereka sendiri.
"… Rakyat telah bangkit, dan mereka tak akan diintimidasi lagi.
Kami akan korbankan segalanya untuk mempertahankan proses ini."
"... banyak ibu rumah tangga berkata, kalau perlu jual tv untuk
beli senapan, itu (pun) akan dilakukan."
"… kami sekarang punya harga diri, dan kami bukan lagi kaum
terpinggir dan terlupakan, melainkan rakyat masa depan... kami adalah
pemimpin…"
Pendidikan gratis, kesehatan gratis, pembangunan perumahan sehat,
makanan sehat dan murah, dan seterusnya, tidak didapatkan rakyat oleh
karena belas kasih atau derma dari orang kaya atau pemerintah. Hak-hak
tesebut didapatkan karena mobilisasi rakyat mempertahankan proses
Revolusi: menggagalkan kudeta dari oposisi sayap kanan (April 2002)
dan boikot para pemiliki bisnis dan industri (Desember 2002),
mengalahkan referendum pemecatan terhadap Hugo Chavez, Presiden
Venezuela (Agustus 2004); memilih Chavez kembali sebagai Presiden
(Desember 2006); membentuk dewan-dewan komunal dan dewan-dewan buruh
sebagai instrumen revolusi.
Revolusi oleh rakyat Venezuela kini dianggap sebagai satu-satunya
jalan untuk dapat merubah nasib, sehingga mereka berbondong-bondong
mempertahankannya, dan mengatakan TIDAK pada Kekuatan Lama (No Volveran).
"...Inilah saatnya, membangun gerakan massa dan menyingkirkan klas
penguasa, agar semua punya kesempatan berkembang secara spritiual,
fisik, ekonomi dan segala aspek kehidupan. Dalam kapitalisme kita tak
bisa."
Sampai Menang.***
Thursday, September 25, 2008
Membangun Budaya Membaca [ anak kecil saja mau membaca koran]
pada zaman sekarang.....banyak orang yang kurang peduli untuk membangun kebiasaan membaca, menurut pengamatan dan survey yang dilakukan oleh kelompok VELIKA [Kelompok pemerhati masalah sosial, budaya dan lingkungan hidup] bahwa Di Timor Leste, mayoritas penduduk yang tinggal di ibu kota Dili maupun dipelosok daerah terpencil,hampir sehari penuh atau seminggu hanya sedikit orang yang masih terbiasa dengan budaya membaca, baik itu membaca Koran, Jurnal, Tabloid, Buku, dll.
padahal membaca adalah satu-satunya cara untuk membebaskan diri dari mitos-mitos kebodohan yang selalu hadir dalam dinamika kehidupan manusia, khususnya di era globalisasi ini.
mengingat Timor Leste adalah negara yang baru merdeka, dan mengalami berbagai tantangan khususnya kesiapan sumber daya manusia dalam membangun negara termuda ini.
salah satu hal terpenting adalah, bagaimana agar generasi penerus bangsa (kaum muda) mampu mempersiapkan diri secara intelektual untuk berpartisipasi dalam pembangunan negara Timor Leste.
banyak manfaat kalau hari ini kita ingin membangun kebiasaan dan budaya membaca.
oleh karena itu..marilah..kita bersama-sama membangun budaya untuk menambah pengetahuan kita dengan harapan yang mulia, bahwa kita akan bebas dari segala belengu......atau mitos pembodohan, dan ketertindasan di era globalisasi ini.
Subscribe to:
Posts (Atom)